Jakarta: Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi mengatakan 7.000 KK telah mendaftar untuk mengikuti program transmigrai sampai November 2024. Namun, kata dia, karena keterbatsan anggaran pihaknya baru bisa memberangkatkan 121 KK tahun ini.

“Data tersebut sekaligus menjawab pertanyaan publik, apakah program transmigrasi masih ada dan apakah masih ada peminatnya. Hanya saja gaungnya memang sudah jarang terdengar,” kata Wamen Viva Yoga dalam perbincangan dengan RRI Pro 3, Senin (18/11/2024).

Yoga juga mengatakan 121 KK tersebut diberangkatkan ke Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. Selama satu tahun, katanya, mereka akan mendapat jaminan hidup (jadup) Rp250 sampai Rp300 juta selama satu tahun.

“Pada tahun kedua diharapkan mereka sudah bisa hidup mandiri secara ekonomi. Mereka diharapkan sudah bisa membangun sumber ekonominya baik secara keluarga, maupun komunal di lokasi transmigrasi tersebut,” ujarnya.

Program transmigrasi dimasa pemerintahan Presiden Prabowo, kata Yoga, memiliki target untuk ketahanan dan kebutuhan pangan nasional. Makanya, lokasi transmigrasi juga diintegrasikan atau berdekatan dengan kawasan lahan pertanian proyek nasional, seperti kawasan food estate.

Para transmigran sendiri, sebutnya, mendapat jatah lahan dua hektar. Dimana satu hektar untuk pemukiman dan satu hektar lagi lahan garapan.

“Mereka sudah diberikan bekal keterampilan untuk mengolah lahan pertanian. Selain juga bekal mengenai pengetahuan soal budaya dan adat istiadat masyarakat setempat,” lanjutnya.

“Sehingga mereka diharapkan bisa bersosialisasi dan menghargai budaya masyarakat setempat. Ada akulturasi budaya nantinya agar konflik sosial juga bisa dihindari.”

Sementara pemerhati sosial Nurhadi mengatakan program transmigrasi sebenarnya lebih banyak meniliki kisah sukses. Artinya, banyak keluarga yang sudah bisa menikmati hasil kerja keras mereka secara ekonomi.

Sayangnya kisah sukses para transmigran memang kurang gaungnya dan terkadang kalah oleh kisah kegagalan. Seperti, katanya, keluarga-keluarga yang meninggalkan lokasi transmigrasi karena tidak kuat menghadapi tantangan alam ketika mereka harus merintis lahan pertanian atau perkebunan.

Nurhadi mengatakan dirinya sudah mengunjungi berbagai lokasi transmigrasi. Ternyata mereka cukup mapan secara ekonomi dan bahkan mampu menguliahkan anak-anak mereka.

“Kisah-kisah sukses inilah yang seharusnya lebih digaungkan. Sehingga masyarakat mengetahui sejauh mana manfaat program transmigrasi, terutama dalam rangka memgentaskan kemuskinan dan mensejaterakan masyarakat,” ucapnya.