JAKARTA – Beberapa partai politik (parpol) terus melakukan persiapan menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024. Mereka sudah mulai disibukkan dengan agenda-agenda demi bisa mendulang suara di pesta demokrasi terbesar di Indonesia itu.
Figur artis pun menjadi incaran banyak parpol. Sebut saja Partai Amanat Nasional (PAN) yang sudah mengungkap daftar nama artis yang bakal maju menjadi calon legislatif (caleg) untuk berkontestasi di pemilu 2024.
Wakil Ketua Umum (Waketum) PAN, Viva Yoga Mauladi mengatakan, partainya tak menampik memang kerap memajukan artis sebagai caleg.
“PAN secara image memang dekat dengan artis. Tak heran ada plesetan bahwa PAN itu Partai Artis Nasional,” katanya.
Menurut dia, PAN merupakan partai yang terbuka dan menghargai nilai kemanusiaan dan kemajemukan. Model kepemimpinan PAN bersifat partisipatif-inklusif.
Dengan begitu, tidak ada strata yang menjadi sekat pembatas antara Ketua Umum dengan pengurus dan kader partai. Karena itu, para artis pun disebut betah dengan PAN.
“Pengurus di tingkat kecamatan bisa langsung kirim whatsapp atau menelpon ke Bang Zul. Dan dijawab. Kondisi organisasi partai seperti inilah yang membuat para kaum profesional, termasuk artis betah tinggal di rumah PAN,” ujarnya.
Kendati demikian, Viva menyatakan, PAN tidak membeda-bedakan latar belakang caleg berdasarkan profesinya. Artis maupun masyarakat umum diperlakukan sama pada partai berlambang matahari putih tersebut.
“Bagi PAN, mereka bukan kami posisikan sebagai vote getter (pengumpul suara), namun memiliki hak dan posisi yang sama dengan caleg lain. Bang Zulkifli Hasan tidak membeda-bedakan latar belakang caleg. Semua diperlakukan sama dan adil. Karena ukurannya dari kinerja caleg di dapil,” jelasnya.
Berikut daftar artis yang baru terdata oleh PAN bakal maju sebagai caleg di Pemilu 2024, sebagai berikut:
- Eko Patrio
- Primus Yustisio
- Desy Ratnasari
- Pasha Ungu
- Enda Ungu
- Denny Cagur
- Uya Kuya
- Selvi Kitty
- Ely Sugigi
- Dwiki Darmawan
Selain PAN, Partai Demokrat memastikan ada sejumlah nama artis yang bakal maju menjadi calon legislatif (caleg) dari Demokrat pada Pemilu 2024 mendatang. Nama-nama itu biasa menghiasi dunia hiburan Tanah Air.
Deputi Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menuturkan, caleg selebriti yang memiliki tingkat popularitas tinggi menjadi salah satu hal yang penting untuk mendulang suara partai.
“Kami juga menyadari pentingnya merekrut caleg-caleg yang memiliki modal popularitas yang memadai, termasuk di antaranya para publik figur atau artis,” ucapnya.
Menurut dia, modal popularitas yang dimiliki para selebriti Tanah Air bisa menjadi pondasi untuk meningkatkan elektabilitas partai Demokrat. Namun, hal itu harus diolah dengan manajemen politik yang tepat.
“Dengan manajemen marketing politik yang tepat, popularitas ini mudah dikonversi menjadi elektabilitas. Karenanya para selebriti juga menjadi perhatian tersendiri dalam rekruitmen caleg Partai Demokrat,” ungkapnya.
Kendati demikian, Kamhar menyatakan, Partai Demokrat memahami bahwa popularitas yang dimiliki para selebriti tak selalu berdampak dengan elektabilitas.
“Sekalipun tak selalu berbanding lurus antara popularitas dan elektabilitas, namun popularitas ini menjadi modal penting,” tukasnya.
Berikut daftar artis yang baru terdata sementara oleh Demokrat bakal maju sebagai caleg di Pemilu 2024, sebagai berikut:
- Ingrid Kansil
- Dina Lorenza
- Emilia Contessa
- Dede Yusuf
- Arumi Bachsin
Kepentingan elektoral
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, artis bergabung ke parpol menjelang pemilu hanya dijadikan sebagai pendongkrak elektabilitas partai.
“Ya saya melihatnya hanya untuk elektoral kok, untuk mendulang suara-suara saja, untuk mengumpulkan suara-suara di masyarakat,” katanya, kepada Tribun.
Ia menyebut, kaderisasi hampir di setiap parpol tidak berjalan.
“Jadi kaderisasi hampir tidak jalan di partai politik. Semuanya kepentingan perekrutan caleg dari artis soal popularitas itu, soal elektoral yang ujung-ujungnya untuk mengangkat suara partai,” tuturnya.
Ujang mengungkapkan, hal itu tak terlepas dari kepentingan pragmatis yang dimiliki parpol.
Sebab, ketika merekrut para anggota melalui tahapan kaderisasi, maka nanti yang muncul adalah orang-orang cerdas, pintar, tapi tak memiliki popularitas, akhirnya kalah dalam pemilu.
“Makanya yah yang dicari orang yang terkenal yang punya uang yaitu artis. Jadi partai politik itu soal pragmatisme untuk kepentingan elektoral, bukan kaderisasi,” tukasnya.
Kendati demikian, Ujang menuturkan, fenomena artis masuk dalam dunia politik atau parpol bukan cerita baru di Indonesia.
Ia menyebut, fenomena artis masuk dalam panggung politik setidaknya sudah terjadi sejak pemilu 2004.
“Nah, oleh karena itu saya melihat fenomena ini, fenomena umum terjadi pada setiap pegelaran pemilu,” ungkap Ujang.
Ujang menilai, baik artis maupun parpol sama-sama untung seperti simbiosis mutualisme.
“Jadi partainya untung, artisnya juga untung. Artinya, partai menyediakan perahu atau tiket pencalonan, di saat yang sama artis memberikan popularitas itu,” terangnya.
Namun, Ujang menegaskan, popularitas belum tentu terpilih dalam pemilu, kecuali memiliki elektabilitas tinggi.
“Kalau popularitas itu terkenal, tapi belum tentu terpilih. Tapi kalau elektabilitas tinggi, ya dia kemungkinan dia terpilihnya tinggi,” paparnya. (Tribun Network/fal/igm/wly/tribun jateng cetak)
Tinggalkan Balasan